Sekilas tentang lokasi KKN PPM GK 14

09.50 Unknown 0 Comments


Pedukuhan Banyumeneng adalah sebuah wilayah di kelurahan Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis pemerintahan Banyumeneng di bagi menjadi 3 Dusun yaitu Dusun Banyumeneng I, II dan III, tetapi dari segi emosional budaya masyarakat tetap menjadi satu yaitu Dusun Banyumeneng.
Letak Geografis Pedukuhan banyumeneng termasuk desa terpencil daerah perbatasan dengan Kabupaten Bantul, namun sebenarnya daerah ini mempunyai potensi yang sangat bagus dari segi ekonomi dan sosial kemasyarakatannya.
Kali Gedhe (Sumber Mata Air)
Jangan membayangkan sebuah sungai yang besar seperti yang ada di daerah dataran rendah. Kali Gedhe adalah sebuah nama tempat yang terletah di Dusun Banyumeneng III yang merupakan sumber air bawah tanah yang berfungsi untuk kebutuhan minum dan mandi warga masyarakat sekitar. Menurut cerita turun-temurun, nama Banyumeneng diambil dari nama sungai ini. Pada awal mulanya terdapat seorang musafir yang melewati daerah ini. Saat sang musafir beristirahat di bawah pohon, ia melihat segerombolan burung terbang dari kaki bukit yang ada di sebelahnya. Karena penasaran, maka sang musafir kemudian pergi menghampiri asal terbang dari burung-burung tersebut. Sang musafir sampailah ke tempat tersebut dan terkejut karena melihat lubang goa yang berisi air. Sang musafir kemudian mengamati lubang air tersebut dan betapa terkejutnya ia karena tanah yang ia injak tiba-tiba ambles dan ia menyadari bahwa terdapat sumber air yang besar di tempat itu.
Sang musafir kembali ke pemukiman penduduk dan memberitahukan hal tersebut ke penduduk sekitar. Penduduk bersama-sama menyaksikan keberadaan mata air tersebut dan bermusyawarah untuk mengelola sumber air tersebut tersebut.
Pengerukan dilaksanakan dan sampailah ke bagian kaki bukit yag lain. Hal aneh terjadi di ujung galian kaki bukit ini, air meresap ke dalam tanah bebatuan tetapi tidak mengeluarkan bunyi air gemericik. Dari kejadian itulah nama Banyumeneng muncul yaitu dari kata Banyu (air) dan Meneng (diam).
Ada satu versi cerita lagi bahwa Banyumeneng diambil dari istilah meneng (diam) dan Banyu (air) yang artinya “meneng-meneng kok ono banyune” artinya tidak disangka daerah ini ternyata terdapat sumber airnya.

Telaga Waru
Telaga Waru terletak di sebelah ujung timur dusun Banyumeneng II, yang merupakan telaga milik bersama antara Dusun Banyumeneng I, II dan III. Telaga ini berfungsi untuk penampungan air hujan yang dapat digunakan warga masyarakat untuk pengairan tanaman tembakau, bawang merah dan cabe yang ditanam di sekitar telaga tersebut. Selain berfungsi sebagai pengairan tanaman, telaga tersebut berfungsi juga untuk memandikan ternak sapi yang rata-rata dipunyai oleh masing-masing warga di dusun ini.
Pada musim penghujan ini air telaga penuh dan dimanfaatkan warga secara bergiliran untuk menanam benih ikan air tawar berupa ikan nila, lele dumbo, mujaer, ikan mas dan tombro. Pengelolaan perikanan dilakukan secara bergiliran dan dikelola secara baik yaitu dari pemeliharaan pakan, penjagaan serta sangsi kepada masyarakat yang menyalahi aturan misalnya pencurian pemancingan, dan sebagainya.

Musim panen ikan biasanya dilakukan pada saat awal musim kemarau saat air telaga mulai surut. Panen ikan tidak hanya dilakukan oleh warga masyarakat, tetapi dikelola untuk menghasilkan lebih misalnya dilakukan acara lomba mancing untuk masyarakat umum yang biaasanya diumumkan lewat radio lokal. Biaya untuk lomba pancing antara 40-50 ribu rupiah untuk satu hari pelaksanaan. Hasil berupa uang dikirimkan ke kas dusun dan dipakai untuk memperbaiki sarana dan prasarana pedukuhan.
Kelestarian telaga wajib dijaga agar anak-cucu kita dapat terus menikmati manfaat dari telaga ini.

You Might Also Like

0 komentar: